Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika
digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh
semua orang yang berbicara dalam bahasa itu- WILLIAM A. HAVILAND
Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran
seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata
(ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut-
PLATO
Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif untuk
berkomunikasi dengan seseorang atau orang lain yang menunjukkan suatu
pengungkapan perasaan dalam diri kita. Bahasa juga dapat memudahkan kita
bergaul dengan orang lain. Bahasa yang digunakan sebaiknya yang sopan santun
dan benar. Maksud dari sopan santun adalah kita menyadari dengan siapa kita
akan berbicara sehingga bahasa yang digunakan tidak sembarangan, agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman dan menunjukkan kesopanan dalam sikap kita sendiri.
Sedangkan, yang dimaksud dengan benar adalah kita menggunakan bahasa yang
terdapat dalam EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) atau bisa dikatakan ada baiknya
tidak menggunakan bahasa-bahasa hasil penciptaan karena pergaulan. Karena itu
merupakan salah satu pembinasaan bahasa Indonesia dalam negeri sendiri.
Saat ini, anak-anak muda yang seharusnya menjadi penerus
bangsa tak jarang menggunakan bahasa yang bukan merupakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Tak jarang juga dari mereka yang menggunakannya saat berbicara
dengan yang lebih tua atau anak-anak kecil yang seharusnya mendapatkan
kesempatan untuk belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar dari dini tapi
mereka sudah mendapatkan kata-kata yang bukan merupakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
Bahasa-bahasa aneh yang serupa dengan bahasa aslinya sekarang
sering muncul dan digunakan oleh anak-anak muda yang seharusnya menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Bahsa yang digunakan pun
bermacam-macam, misalnya saja serius menjadi ciyus, beneran menjadi eneyan,
demi apa menjadi miapa. Atau ada pula yang menggunakan kata ribet yang
dimaksudkan adalah repot dengan dibalik menjadi tebir. Atau singkatan-singkatan
seperti kamseupay = kampung udik payah iyuh, DL = Derita Lo, dan masih banyak
lagi bahasa yang menjadi trend dikalangan pergaulan anak –anak muda zaman
sekarang.
Tak sedikit pula dari mereka yang menggunakan kata-kata
seperti itu tak melihat situasi kondisi dan juga tempat dimana mereka
berbicara. Bukankah bahasa itu
menunjukkan strata? Maksudnya bahasa menunjukkan strata adalah bahasa yang
digunakan akan menunjukkan kedudukan sosial kita dalam masyarakat, apabila kita
berbicara bahasa Indonesia dengan baik dan benar juga sopan santun, maka orang
lain juga akan menilai kita dengan baik. Sedangkan apabila kita menggunakan
bahasa yang tidak baik dimasyarakat, maka mereka akan menilai dengan apa yang
menurut mereka dengar.
Adapula sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional), yaitu suatu program pendidikan yang ditetapkan oleh
Menteri Pendidikan Nasional berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal
50 ayat 3, yang menyatakan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu pendidikan pada semua jenjang
pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf
internasional. http://id.wikipedia.org/wiki/Rintisan_Sekolah_Bertaraf_Internasional
Di
sekolah RSBI ini seharusnya tetap menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa
utama dalam pengajaran di sekolah. Dan bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar
saja bukan bahasa utama. Selain itu, budaya Indonesia tetap dipertahankan
disekolah agar siswa-siswi disekolah tersebut tidak melupakan budaya bangsa
sendiri.
Maka
dari itu agar bahasa Indonesia tidak binasa didalam negeri sendiri, kita
sebagai pemuda penerus bangsa harus menggunakan bahasa indonesia yang baik dan
benar. Karena dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka itu
menunjukkan rasa cinta tanah air dalam diri kita dan tetap menjaga persatuan
bangsa Indonesia. Seperti yang tertulis dalam sumpah pemuda “Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”
0 komentar:
Posting Komentar